Senin, 06 Mei 2013

NBAH GUNUNG, PADI YANG SELALU MENUNDUK

Ponorogo, Jumát 3 Mei 2013
Siang yag sangat terik seolah membakar dukuh Tampo desa Trisono Babadan Ponorogo. Saya bersama 15 siswa baru yang akan mengikuti Baiat dan 10 orang peatih yang ikut mangayu bagyo mengantar para siswa sedang menunggu dimulaimya acara baiat. Rombongan dari daerah lain, Madiun, Pomorogo dan lainya sudah berdatangan. Sebagian staf Pengurus Pusat sufah berdatangan hilir mudik dengan tugas dan aktitas masing-masing. Alhamdulllah hari ini, peserta baiat lumayan banyak sekitar 40an siswa. 
Ditemani seorang kader senior sekaligus sabat saya, kang Samuji kam berkeliling. Ahamdlillah pondok A Nur suda menunjukkan gekiat yang luar biasa. Dari aspek fisik bangunan misalnya, beberapa ruang disebelah barat pondok yang dulu hanya digunakan untuk rumahburung walet , kini sudah di rapikan dan digunakan untuk rumah burung-burung surga "wildanum mukholladun" para santri-santri An Nur. Selain itu disebelah selatan masjid bertumpuk materal bahan bangunan. Saya baru mengetahui bahwa disitu akan dibangun sebuah gedung serba guna setelah ngobrol dengan sahabatku sekaligus salah satu danyang An Nur Gus Hadziq.
Obrolanku dengan kang Samuji terhenti, ketika datang seorang sepuh yang memanggil, ya beliau tidak lain adalah Abah Gunung panggilan akrab ubtuk Abah Gunawan begawan Baiat IPS BI. dengan senyum khasnya  beliau menyapa saya, bersama beliau seorang laki-laki mengenakan kemeja merah berkpyah. Dari wajahnya, saya sudah mengetahui bahwa pria ini sedang sakit. Lantas Abah Gunung memperkenalkan pria tersebut, yang ternyata tidak lain adalah ayah dari salah seorang siswa ditempat latihan kami. "mas wawan, ini bapaknya Angga yang sedang sakit, dan beliau sedang mertombo ditempat saya . alhamdulilah sudah lumayan sembuh dan sekarang saya sarankan mengikuti baiat. Oleh karena itu saya mohon maaf dan memintakan ijin kepada mas wawan agar bapaknya Angga mengikti baiat melalui saya'''. Subhanalloh, saya terperanjat, pertama saya memang terperanjat karena baru ini kali pertama bisa bertemu dengan ayah dari salah seorang siswa kami yang sedang sakit dari bertahun lalu. karena memang lokasi kami yang jauh, yang kedua saya lebih terperanjat lagi, bahwa Abah Gunawan, belaiu guru baiat yang membaiat seluruh siswa IPS BI, beliau meminta maaf dan meminta ijin kepada saya untuk membaiat ayah salah seorang siswa kami hanya  karena dia berada dalam wilayah cabang Pacitan  dan tidak dibaiat melalui prosedur di cabang kami. 
Saya katakan, ''panjenengankan guru baiatnya, saya hanya seorang kader, dibaiat melalui prosedur dcabang Pacitanpun, pada akirmya panjenengan juga yang membaiat disini"
Belaiu tersenyum dengan tawadlu, saya sangat menghargai aturan organisasi kita mas yang merupakan peninggalan mbah jamhari, bahwa setiap siswa harus dibaiat melalui kadernya"
Barokallohu fiikum, mbah Gunung Padi berisi yang selalu menunduk 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar